Langsung ke konten utama

Bagaimana Aku Melihat India

Tulisanku kali ini akan sangat panjang, dimana aku akan menuliskan opiniku tentang India, yang mungkin terkesan subyektif, karena aku memang seorang penggemar film dan lagu-lagu Bollywood, tapi aku tetap berusaha untuk memberikan opini yang seobyektif mungkin. Jadi sebagai seorang penggemar film dan lagu-lagu Bollywood, India pun menjadi salah satu negara yang ingin kukunjungi, terutama yang ingin sekali kukunjungi pastinya adalah Taj Mahal, tapi sayangnya, banyak banget berita-berita negatif yang beredar tentang India, lalu kulihat banyak orang Indonesia yang juga merendahkan India, karena dalam banyak hal mereka menganggap Indonesia lebih baik daripada India, bahkan saking buruknya image India, apapun postingan tentang India, pasti ada aja dicari-cari celahnya untuk diejek atau dibanding-bandingkan dengan keadaan di Indonesia, yang bahkan kadang nggak nyambung dengan topik atau konteks dari postingannya, jadi nggak usah ditanya lagi gimana luar biasanya komentar-komentar dari netizen Indonesia, yang mirisnya sering mengandung rasisme, sehingga alhasil, orang Indonesia yang selama ini dikenal ramah dan santun jadi nggak ada bedanya dengan bangsa lain yang sering dinilai rasis oleh orang Indonesia sendiri, lalu sering juga netizen Indonesia dengan seenaknya mengganti nama negara mereka dengan kata 'prindapan', yang diplesetkan dari nama kota Vrindavan, padahal kota tersebut faktanya memang ada, dan merupakan salah satu kota yang dianggap suci oleh penganut agama Hindu disana, jadi pikirkanlah dengan baik, apakah pantas kita menggunakan nama tempat yang dianggap suci oleh penganut agama tertentu sebagai kata ejekan, bahkan kulihat ada Content Creator yang menggunakan kata itu untuk menyebut India, yang tentunya sangat disayangkan, apalagi jika followernya banyak, dan salah satu hal yang paling sering disorot dan telah mengundang komentar-komentar negatif adalah konten-konten tentang cara pembuatan atau penyajian makanan disana, khususnya street food, padahal bagaimanapun keadaannya, selama nggak ada yang berbuat curang, atau selama nggak ada tindakan yang terlalu ekstrim, nggak perlu dihujat, karena apapun yang dilakukan para penjualnya, mereka hanya mencari nafkah sesuai dengan kemampuan mereka, sementara kita nggak mengkonsumsinya dan juga nggak punya kontribusi apapun untuk jualan mereka, sehingga nggak dirugikan dalam hal apapun, lalu para pembelinya juga sudah beradaptasi dengan keadaan seperti itu, jadi meski keadaan disana bukanlah hal yang terlihat bagus atau indah dimata kita, tapi begitulah orang-orang disana menjalani kehidupan dengan cara mereka sendiri, jadi kalau nggak suka dengan postingan-postingan tentang India, nggak usah repot, tinggal diskip aja, daripada berkomentar yang malah nggak menunjukkan bahwa kita lebih beradab daripada mereka yang dihina. Lagipula, jika hanya sebagai penonton yang bahkan nggak pernah ke India, nggak ada untungnya juga kita menghina keadaan disana, dimana kita hanya akan merasa bahagia sesaat, karena menganggap bahwa keadaan di negara kita lebih baik daripada di negara mereka, sedangkan setelah itu nggak akan ada yang memberi kita penghargaan, dan negara kita juga nggak akan secara otomatis jadi negara maju, dan bagi yang ingin kesana pun, terutama jika tujuannya untuk berwisata, maka sebelumnya cari tahu dulu informasi tentang wilayah yang akan kita datangi, serta carilah guide lokal yang benar-benar paham dengan situasi disana, lalu jika sudah disana, usahakanlah untuk jadi tamu yang sopan dan bijak, misalnya kalau kita merasa takut dengan kehigienisan makanan disana, atau takut jika pencernaan akan bermasalah, carilah tempat makan di lingkungan yang dirasa lebih aman dan bersih, misalnya di restoran, mall, atau hotel berbintang, jika kita memang punya budget yang cukup, daripada memaksakan diri untuk beli makanan di tempat yang menurut kita nggak bersih, tapi malah terang-terangan menunjukkan rasa jijik, apalagi jika hal seperti itu dijadikan konten. Memang nggak ada yang salah jika kita menampilkan realita keadaan disana, mengungkapkan opini jujur, ataupun hal-hal yang kita alami saat berada disana, bahkan jika itu adalah hal yang buruk sekalipun, tapi sebagai tamu di negara orang, kita harus hati-hati dalam membuat konten, dimana kita harus mempertimbangkan dulu sebelum kita mempublikasikannya, apakah konten yang akan kita buat itu berpotensi menyinggung pihak tertentu atau nggak, dan kalaupun ingin memberi kritik, sampaikanlah dengan bahasa yang sopan, jadi rasanya nggak etis jika kita misalnya membuat konten yang sengaja menargetkan hal-hal yang jeleknya atau yg joroknya aja dari negara orang, apalagi ditambah dengan narasi-narasi yang mengejek, yang akhirnya juga menggiring opini jelek. Lalu ada juga yang orangnya sendiri nggak pernah sekalipun ke India, tapi bikin konten yang merepost atau mengedit video-video milik orang lain, lalu mengolok-olok keadaan atau kelakuan orang-orang disana, padahal apa manfaatnya konten-konten seperti itu, meski viewsnya banyak sekalipun, karena konten yang hanya menyoroti sisi jeleknya aja dari negara mereka bisa bikin penonton jadi berpikiran sempit, alih-alih bikin penonton jadi terbuka wawasannya, karena seakan-akan keadaan disana semuanya sama dan nggak ada pilihan, apalagi jika kesamaan yang ditampilkan hanya yang jelek-jeleknya aja, yang andai negara kita yang berada di posisi seperti itu, kita juga pasti ada rasa nggak suka dan nggak terima, meski mungkin memang begitulah realitanya, jadi lebih baik diam dan hormati aja kebiasaan-kebiasaan disana, meski ada yang nggak sesuai dengan kebiasaan kita, atau meski kita nggak akan bisa mengerti kenapa kebiasaan mereka seperti itu, karena suatu hal yang sudah jadi kebiasaan suatu masyarakat, terlepas dari bagaimanapun pandangan dari orang luar kelompoknya, mau itu dipandang aneh, bahkan menjijikkan sekalipun, nggak akan semudah itu untuk berubah, meski ada alternatif lain, misalnya kebiasaan masyarakat India yang memegang makanan atau makan memakai tangan, yang meski sudah ada sendok atau alat yang lain, tapi karena mereka sudah terbiasa, bagi mereka itu nggak masalah. Jadi bersyukur aja jika kita melihat ada hal-hal di negara kita yang lebih baik daripada di negara mereka, tanpa kita juga lantas menjadi sombong, misalnya mengatakan bahwa nggak mau ke India meskipun gratis, karena terlepas dari apapun alasan kita, nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, sambil kita juga sebaiknya berkaca apakah kita adalah orang penting, yang akan diundang kesana secara gratis, atau jika kita datang kesana maka akan ada pengaruhnya untuk negara mereka, dan kalau memang sudah pernah kesana dan punya pengalaman yang buruk, atau punya pengalaman pribadi yang nggak menyenangkan saat berinteraksi dengan orang India, maka sebaiknya kita menilainya secara individu, bukan masyarakatnya secara keseluruhan, karena jika kita menilai secara keseluruhan, maka banyak pihak yang nggak terlibat yang akan kena imbasnya, begitu juga kalau kita nggak suka sama pemerintahnya, masyarakat awamnya yang nggak tahu apa-apa jangan ikut dibenci juga, karena meski aku nggak paham soal politik, tapi andai mau mengorek "dosa" yang dilakukan oleh pemerintah negara manapun, maka sepertinya sulit untuk menemukan yang benar-benar bersih, lalu harus diingat bahwa negara kita juga nggak sempurna, yang bisa aja dicari-cari celahnya untuk diejek oleh orang-orang dari luar Indonesia, jadi kita juga harus sadar bahwa hanya karena kita merasa keadaan yang terlihat di negara kita nggak separah seperti yang terlihat di India untuk aspek-aspek tertentu, bukan berarti negara kita pasti lebih baik daripada India dalam setiap aspek, misalnya dalam aspek kebersihan, siapa yang berani menjamin bahwa di negara kita nggak ada yang buang sampah sembarangan, atau berani menjamin bahwa semua sungai di negara kita bersih dari sampah, bahkan andai negara kita adalah negara yang paling bersih, paling aman, atau paling makmur di dunia sekalipun, itu bukanlah jadi pembenaran untuk merendahkan negara lain. Kemudian jika kita melihat dari sisi bahwa tiap negara punya latar belakang sejarah, budaya, dan sistem pemerintahan yang berbeda, maka hal itu akan membentuk mindset, selera, dan cara hidup yang berbeda pula, misalnya ada hal yang menurut mereka pantas, bisa jadi menurut kita nggak pantas atau sebaliknya, atau yang menurut mereka mewah, bisa jadi menurut kita biasa aja atau sebaliknya, dan masih banyak lagi, jadi pada dasarnya nggak bisa dibanding-bandingkan, dan tentu aku nggak membenarkan jika misalnya ada orang India yang melakukan tindak kriminal dalam bentuk apapun, khususnya kepada turis-turis asing, yang mana kejadian seperti itu termasuk sering terekspos ke publik, dan pastinya hal seperti itu sangat menakutkan, bahkan bisa menimbulkan trauma, meski tentu saja perilaku masyarakat di negara mereka nggak bisa disamaratakan, apalagi jumlahnya lebih dari 1 milyar, karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Memang saat kita sudah terlanjur mencap negatif suatu negara, apalagi jika ditambah dengan sentimen ras, maka mau sebagus, seindah, atau sebersih apapun yang ditampilkan, akan selalu salah di mata kita, padahal terlepas dari berbagai macam kontroversinya, faktanya India adalah negara yang punya segalanya, dimana mereka punya sungai, danau, hutan, pegunungan, lembah, gua, air terjun, pantai, pegunungan bersalju, gurun pasir, dan tempat-tempat konservasi alam liar, bahkan meski India bukanlah negara kepulauan, namun ada kepulauan yang masuk dalam teritori negara mereka, yang terletak di Samudera Hindia dan Laut Arab, lalu meski India adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, tapi jika ingin mencari tempat ibadah agama lain seperti Islam, Sikh, Jain, Buddha, Zoroaster, Baha'i, Nasrani, bahkan Yahudi pun ada, lalu bangunan-bangunan tua bersejarah sampai bangunan modern pun ada, begitu juga untuk pusat perbelanjaan, mulai dari yang tradisional sampai yang modern juga ada, dan tempat-tempat yang nggak terlalu bising dengan suara klakson pun ada, sedangkan untuk area-area ataupun kota-kota yang nggak kumuh sebenarnya juga ada, hanya saja area-area atau kota-kota tersebut sangat jarang tersorot dan hampir nggak pernah jadi representasi wajah India, yang mungkin karena faktor-faktor seperti berikut ini. Pertama, area-area tersebut hanya sebagian kecil dari keseluruhan kota dimana area tersebut berada, misalnya Aerocity di New Delhi atau Bandra Kurla Complex (BKC) di Mumbai, dan itu hanya sedikit contoh, karena masih banyak lagi yang lainnya, lalu area-area tersebut bukan destinasi wisata, yang mana pariwisata utama India itu adalah wisata sejarah dan wisata budaya, atau juga wisata alam dan wisata safari, meski masih nggak sepopuler wisata sejarah atau budaya, sementara area-area tersebut biasanya dijadikan sebagai area pertokoan, perkantoran, pemukiman penduduk, atau sarana-sarana publik lainnya, yang target konsumennya berasal dari kalangan tertentu, jadi kemungkinan besar area-area seperti itu nggak pernah terlintas di pikiran wisatawan saat menentukan tempat yang ingin mereka kunjungi di India, jadi kecuali secara kebetulan ada wisatawan yang hotelnya berlokasi di area tersebut, maka barulah keberadaannya diketahui, dan jika area yang nggak kumuh tersebut adalah sebuah kota, maka kotanya biasanya memang nggak terlalu padat penduduknya, misalnya Chandigarh atau Shimla, dan yang berikutnya adalah karena orang-orang luar India sudah terlanjur memandang India dengan sebelah mata, sehingga mereka nggak tertarik untuk mencari tahu lebih jauh. Jadi kita harus ingat bahwa India itu daratannya sangat luas, dengan kondisi sosial masyarakat dan geografisnya yang sangat beragam, sehingga kita nggak bisa menggeneralisir keadaan disana, meski bisa terlihat bahwa ketimpangan sosial disana memang masih sangat tinggi. Kesimpulannya, tiap negara itu punya plus minusnya masing-masing, tergantung dari sisi mana kita melihatnya, dan jika itu sisi yang negatif, maka jangan ditiru, sebaliknya jika itu sisi yang positif, kalaupun kita nggak mencontohnya, minimal jadikan itu sebagai tambahan pengetahuan, jadi jangan sampai kita seperti pepatah yang berbunyi, "gajah di pelupuk mata tidak terlihat, tapi kuman di seberang lautan bisa terlihat".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Por Tu Amor (Televisa 1999)

Maria Del Cielo atau yang biasa dipanggil Cielo (Gabriela Spanic) telah lama menjalin hubungan asmara dengan Sergio (Gerardo Murguia), sehingga mereka pun memutuskan untuk menikah, namun sebuah kejadian kemudian justru membuat Sergio terpaksa menikahi adik Cielo, Brisa (Margarita Magana), yang selama ini memendam perasaan cintanya terhadap Sergio, dan demi bisa melupakan Sergio, Cielo pun memutuskan untuk menikah dengan Marco (Saul Lisazo), meskipun Cielo sebenarnya sangat membenci Marco, karena Marco yang saat itu masih menjadi orang asing baginya, pernah merayunya, bahkan ingin melamarnya.       Jumlah Episode: 90 Versi lain: * El Otro (1960) Meskipun secara umum telenovela ini nggak terlalu jauh beda dengan kebanyakan telenovela, karena juga menampilkan kisah cinta yang rumit antar tokoh-tokohnya, tapi alurnya yang cepat nggak bikin bosan untuk diikuti, dan secara khusus ada satu hal yang bikin telenovela ini berbeda dengan kebanyakan telenovela, yaitu nggak terlal

La Mentira (Televisa 1998)

Ketika Demetrio (Guy Ecker) ingin menemui saudara tirinya Ricardo (Rodrigo Abed), ia mendapati bahwa Ricardo telah bunuh diri karena dikhianati oleh kekasihnya. Terdorong oleh rasa sedih dan terpukul, Demetrio pun bertekad untuk menemukan wanita tersebut dan bersumpah untuk membalas dendam, meskipun hanya ada sedikit petunjuk yang ia dapatkan. Petunjuk tersebut kemudian mempertemukan Demetrio dengan dua wanita yang bersepupu, Veronica (Kate Del Castillo) dan Virginia (Karla Alvarez). Kesan pertama yang dirasakan oleh Demetrio serta adanya rumor, membuatnya berkesimpulan bahwa wanita yang ia cari adalah Veronica, yang kemudian membawa Demetrio dan Veronica kedalam sebuah pernikahan yang membuat Veronica menderita secara emosional, karena dilatarbelakangi oleh niat Demetrio untuk menyakitinya, sementara Demetrio sendiri mengalami dilema antara benci dan cinta, namun keduanya tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka adalah korban dari a

Corazon Salvaje (Televisa 1993)

Monica (Edith Gonzalez) dan Andres (Ariel Lopez Padilla) sudah dijodohkan sejak mereka masih kecil, namun Andres jatuh cinta dengan saudara Monica, Aimee (Ana Colchero), sehingga Monica pun menjadi patah hati, padahal diam-diam Aimee sedang menjalin hubungan asmara dengan Juan (Eduardo Palomo), yang kemudian ia tinggalkan untuk menikah dengan Andres, namun suatu hari hubungan asmara antara Juan dan Aimee mulai terkuak, sehingga untuk menutupi skandal tersebut, Monica pun bersedia untuk menikah dengan Juan, yang juga menyetujuinya karena ingin membalas sakit hatinya kepada Aimee, hingga akhirnya membuat keduanya benar-benar saling jatuh cinta. Jumlah Episode: 80 Versi Lain: ·       Corazon Salvaje / Film (1956) ·       Corazon Salvaje (1966) ·       Corazon Salvaje / Film (1968) ·       Corazon Salvaje (1977) ·       Corazon Salvaje (2009) Hal yang paling menarik dari telenovela yang bersetting di abad ke-19 ini adalah karakter tokoh utama pri